apahabar.com, BANJARMASIN– Meninabobokan anak dengan mengayunnya adalah tradisi lama yang tidak diketahui kapan muaranya. Namun, Islam kemudian mengisinya dengan mendengarkan asma Allah SWT dan shalawat kepada Baginda Rasulullah SAW pada anak yang ditidurkan.
Di Kalimantan Selatan khususnya, tradisi ini turun temurun digelar dari generasi ke generasi dengan nama Baayun Maulid. Namun masing-masing daerah di Kalimantan Selatan memiliki aturan masing-masing. Di Kabupaten Tapin dan Banjarmasin misalnya, acara Baayun Maulid digelar serentak dengan mengayun banyak orang. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa, hingga yang sudah renta juga ambil bagian dalam pagelaran akbar ini.
Jika warga Tapin mengambil tempat di kawasan masjid, tepatnya Masjid Almukarromah di Desa Banua Halat. Berbeda dengan di Banjarmasin yang digelar di kawasan Makam Sultan Suriansyah, Desa Kuin Kota Banjarmasin.
Dua acara ini biasanya diselenggarakan tepat di hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awwal, bulan dalam penanggalan Hijriyah.
Berbeda dengan Baayun yang digelar di Tapin dan Banjarmasin, warga Astambul memiliki cara yang berbeda. Jika Tapin dan Banjarmasin menggunakan pembacaan maulid ketika mengayun anak, di Astambul didendangkan Asma Tuhan dan puji-pujian kepada Nabi dan Rasul dengan Bahasa Banjar bercampur dengan Bahasa Arab yang biasa disebut dengan zikir baturun. Acara ini biasanya digelar sebelum seseorang dikawinkan.
Adapun bentuk ayunan dan pernak-perniknya, warga Banjarmasin, Tapin, dan Astambul bentuknya sama saja. Kain yang digunakan sehelai sarung yang dilapis dengan kain kuning. Berbagai ukiran dibuat mereka sendiri dengan model-model yang menyimbolkan harapan dan doa.
Ayunannya biasanya dihiasi berbagai macam benda yang dalam tradisi orang Banjar memiliki makna-makna dan harapan tertentu bagi yang diayun.
Misalnya, menghias ayunan dengan janur yang diletakkan dibagian atas ayunan. Janur tersebut akan bermakna kebersihan dan diharapkan orang yang diayun akan selalu senang dengan kebersihan. Atau menghias ayunan dengan janur berbentuk bunga dan burung. Janur dengan bentuk ini menyimbolkan kebesaran kerajaan Banjar di masa lalu.
Orang yang diayun dalam ayunan tersebut diharapkan menjadi generasi yang memiliki kejayaan dan kebesaran seperti kerajaan Banjar di masa lalu.
Berbagai sumber
Editor: Muhammad Bulkini