apahabar.com BANJARBARU – Maraknya kasus pembunuhan sadis di Kalsel dalam sepekan terakhir, membuat Psikolog Klinis, Sukma Noor Akbar angkat bicara. Menurutnya, sudah terjadi degradasi moral pada masyarakat kita.
Psikolog Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (FK ULM), Sukma Noor Akbar berpendapat, fenomena ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Kalsel saja.
Kasus serupa terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Seperti pembunuhan satu keluarga di Bekasi, pembunuhan sadis perempuan di Garut Jawa Barat dan mayat lemari di Jakarta. Sampai dengan mayat Jurnalis yang disimpan di dalam drum plastik di Bogor.
Baca juga : Terkejut Mendengar Kasus Mutilasi, Begini Tanggapan Ketua MUI
“Mudahnya seseorang dalam menghilangkan nyawa orang lain atau melakukan tindakan kriminal saat ini. Tentunya sudah terjadi degradasi moral pada masyarakat kita,” ungkapnya.
Secara umum, lanjut Sukma, kenapa terjadi kriminalitas pada individu. Pengaruh yang paling besar adalah pelaku kekerasan, biasanya berasal dari rumah atau lingkungan yang tidak harmonis. Selain itu anak-anak yang terlantar, sosial ekonomi rendah dan kurangnya kontrol dari orangtua, dapat membuat individu rentan sebagai pelaku kekerasan.
“Selain itu traumatik dan pernah menjadi korban dalam kekerasan. Bisa menjadi anak menangkap perilaku yang keliru dari yang dilihatnya.
Dengan cara meniru, baik meniru dengan melihat langsung maupun dari media-media internet. Ini memiliki dampak besar dalam pembentukan perilaku agresivitas,” jelas Sukma.
Baca juga : Mayat di Suzuki Swift Hebohkan Warga Jalan Ahmad Yani
Hal yang paling alamiah, sambungnya, pelaku awalnya belajar dari orang disekitarnya. Serta informasi yang didapat dari lingkungannya. Cara pandang yang tidak tepat dianggap benar, sehingga kekerasan-kerasan tetap dipertahankannya sebagai suatu perilaku.
“Apalagi pada masa remaja anak sudah mulai membentuk kelompok. Jika anak tanpa pengawasan, maka masa pencarian identitas dirinya bisa tidak sesuai dengan norma-norma.
Jika ia bergaul dengan orang yang melakukan kekerasan maka ia cenderung untuk mengikuti perilaku tersebut,” terangnya.
Faktor pendidikan, kepribadian, harga diri, dan kurang mampunyai seseorang dalam mencari pemecahan masalah. Menjadi faktor resiko lain yang juga perlu dilihat dalam menentukan motif-motif pelaku.
Gangguan-gangguan psikologi juga seringkali dikaitkan dengan kriminal seperti psikotik, antisosial dan gangguan-gangguan kepribadian.
“Perlu kajian dari psikolog ataupun psikiater dalam melakukan diagnosisnya kepada para pelaku. Sebab setiap kasus akan berbeda psikodinamika seseorang,” pangkas Sukma.
Penulis : Zepi Al Ayubi
Editor: Muhammad Bulkini