apahabar.com, BANJARMASIN – Genangan air yang seringkali terjadi di sebagian besar wilayah Banjarmasin, telah menjadi persoalan yang cenderung berulang-ulang dan tidak pernah terselesaikan.
Selain curah hujan yang tinggi, penyebab meluapnya air dari saluran drainase karena tidak adanya pola hidup bersih dari masyarakat, untuk membuang sampah pada tempatnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Banjarmasin terus merencanakan sistem drainase yang baik, untuk menjadi faktor penyeimbang. Salah satunya memanfaatkan 102 sungai Banjarmasin guna dijadikan drainase primer atau utama.
Baca Juga: Pemko Andalkan Sungai sebagai Drainase Utama
Namun selain itu penghambatnya, diungkapkan Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin Joko Pitoyo, yakni kawasan pemukiman merupakan faktor penghambat drainase primer untuk berperan optimal menyalurkan air hujan ke sungai yang lebih besar.
Biasanya sungai di Banjarmasin mencapai lebar sampai 10 meter, namun karena adanya pemukiman rumah warga sering mengarah ke sungai. “Jadi kondisi lebar sungai sekarang tinggal 3 sampai 4 meter atau bahkan lebih kecil,” terangnya, Jumat (7/12/2018).
Ia mencontohkan sungai yang daya tampungnya mengecil dan tidak optimal, seperti sungai Kuripan, Pekapuran, Kelayan, Pengambangan dan beberapa sungai lainnya.
Kondisi itu tidak mematahkan semangat Dinas PUPR, Ia tetap melakukan program normalisasi sungai dengan proses pengerukan. Bahkan apabila memang diperlukan, pembebasan lahan pun bisa dilaksanakan.
Walaupun selama ini, pihaknya masih mengutamakan proses pengerukan sungai untuk menjadi alternatif drainase primer.
Semua itu, katanya mengingat pada saat ini sungai masih menjadi alternatif tempat pembuangan sampah dan limbah bagi sebagian masyarakat Banjarmasin.
Dengan demikian, ia menghimbau kepada masyarakat untuk tetap melestarikan sungai yang ada dan tidak membuang sampah dan limbah lainnya ke sungai. “Dengan harapan sungai dapat berfungsi sebagai drainase primer secara optimal,” ucapnya.
Ia pula membeberkan untuk program normalisasi sungai, memiliki anggaran sekitar Rp5 miliar per tahunnya.
Dengan anggaran itu, ia mengharapkan untuk drainase primer ini menjadi long storage dengan memanfaatkan sungai mampu menjadi tampungan sementara pada saat terjadi debit puncak air.
Reporter : Bahaudin Qusairi
Editor : Aprianoor