apahabar.com, JAKARTA – Tepat hari ini 41 tahun silam, Istiqlal diresmikan menjadi salah satu masjid terbesar di dunia.
Istiqlal, didirikan sebagai bagian dari proyek pembangunan “mercusuar” oleh Soekarno.
Peletakan batu pertamanya pada 24 Agustus 1961. Masjid ini berada di jantung kota Jakarta. Diresmikan oleh Pemimpin Besar Revolusi Indonesia itu pada 22 Februari 1978.
Mengutip arsip Harian Kompas, masjid dengan kubah berdiameter 45 meter itu berdiri di atas lahan seluas 9,32 hektar. Kapasitasnya hingga 200 ribu jemaah untuk melakukan ibadah salat di dalamnya.
Tak hanya megah, Masjid Istiqlal juga merupakan perwujudan bermacam simbol. Dari nama misalnya, “Istiqlal” berasal dari kata dalam bahasa Arab yang berarti “merdeka”.
Nama ini digunakan sebagai bentuk syukur atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Letaknya yang berada di tengah kota juga menjadi simbol tersendiri.
Simbol bahwa sebagai negara dengan mayoritas umat Islam, kemerdekaan tidak hanya harus diisi dengan pembangunan material, tapi juga pembangunan spiritual.
Baca Juga: Masjid Raksasa di Turki akan Dibuka Beberapa Hari Lagi
Selain itu, letak Istiqlal yang berdekatan dengan Istana Kepresidenan dan area Monumen Nasional juga mengikuti konsep tata letak perkotaan tradisional, terutama era kerajaan Islam di Jawa.
Di masa itu, Masjid Agung memang umum berada di sebelah barat dari alun-alun yang merupakan pusat kota.
Sedangkan keraton atau pusat pemerintahan berada di sebelah selatan alun-alun. Tata letak kota secara tradisional itu masih bisa dijumpai di sejumlah kota, seperti Yogyakarta dan Cirebon.
Penempatan ini juga seperti memperlihatkan sinergi kebijaksanaan budaya tradisional dengan budaya modern yang terlihat dari gaya arsitektur karya Friedrich Silaban.
Tidak cukup sampai di situ, letak Istiqlal yang berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta juga menjadi simbol toleransi.
Disebutkan Kompas, ini makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia dengan bermacam latar belakang suku, agama, dan budaya ini.
Baca Juga: Masjid Pusaka, Masjid Tertua di Kabupaten Tabalong
Editor: Fariz Fadhillah