apahabar.com, TARAKAN – Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Pemprov Kaltara) membentuk Satuan Tugas (Satgas) pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di setiap kabupaten dan kota yang melibatkan sejumlah instansi teknis terkait. Di provinsi termuda itu, Malinau dan Bulungan jadi daerah paling rawan Karhutla.
Selain itu, melalui Dana Bagi Hasil (DBH) akan diberikan bantuan sarana-prasarana untuk pengendalian Karhutla untuk setiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
Menurut, Kepala Dishut Kaltara Syarifuddin, tak hanya satgas, posko pengendalian karhutla juga dibentuk.
“Ini didasarkan pada Inpres (Instruksi Presiden) No. 11/2015, tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan serta peraturan terkait lainnya,” kata Syarifuddin, dikutip apahabar.com dari Humas Pemprov Kaltara, Kamis (18/4).
Sedangkan untuk DBH, teranggarkan sekitar Rp8 miliar untuk bantuan sarpras pengendalian karhutla pada setiap KPH di Kaltara.
Sarpras itu, di antaranya mobile slip on, mesin pompa portabel, selang pemadam karhutla, peralatan dan perlengkapan petugas pemadam, drone, alat komunikasi dan motor trail.
“Untuk prosesnya, saat ini masih proses lelang,” ungkapnya.
Baca Juga: Greenpeace Bantah Klaim Tak Ada Kebakaran Hutan Selama 3 Tahun
Tak itu saja, Dishut juga akan membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA). Perannya, yakni mengantisipasi dan mencegah terjadinya karhutla di Kaltara.
“Nanti, setiap KPH memiliki 2 regu MPA. Tiap MPA, beranggotakan 15 orang,” jelasnya.
Lebih jauh, berdasarkan hasil patroli identifikasi serta pengambilan titik hotspot menurut peta rawan kebakaran hutan, untuk Kaltara, daerah yang benar-benar rawan karhutla adalah Bulungan dan Malinau.
“Kerawanannya, karena kedua wilayah ini lahannya kering juga kelalaian manusia,” tuturnya.
Sebagai informasi, langkah antisipasi Dishut tersebut merupakan tindak lanjut dari Radiogram Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait peningkatan upaya pengendalian karhutla di Indonsia.
Isi radiogram tersebut, antara lain prediksi Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) bahwa el Nino pada Maret 2019 merupakan el Nino lemah.
Sementara, pada April dan September 2019 diprediksi akan terjadi el Nino moderat. El Nino sendiri, menyebabkan musim kemarau semakin kering sehingga karhutla akan semakin mudah terjadi.
Baca Juga: Kaltim Lebih Dulu Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan
Editor: Fariz Fadhillah