apahabar.com, BANJARMASIN – Virus baru SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19 terus bermutasi. Hingga Minggu (12/4) kemarin saja, 108.994 orang terdata tewas di penjuru dunia.
Identifikasi mutasi virus ini ditemukan pada bank data Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, yang menyediakan ribuan genom lengkap perkembangan virus yang tengah menyerang dunia.
“Sejauh ini sudah ditemukan tiga varian yang menyebar di berbagai negara, yaitu SARS-CoV-2 tipe A, tipe B, dan tipe C,” ucap Anggota Komisi VII DPR RI Dapil Kalsel II, dr. Sulaiman Umar kepada apahabar.com, Senin (13/4) pagi.
Menurutnya, virus tipe A merupakan tipe paling awal, yang melompat dari virus berinang di kelelawar ke manusia atau zoonosis yang diperoleh dari isolat virus korona BatCoVRaTG13 yang ditemukan di Wuhan, China.
“Lompatan ini diperkirakan telah terjadi sejak November 2019 atau lebih awal lagi,” jelas Ketua Umum DPD KNPI Tanah Bumbu ini.
Menariknya, kata dia, analisis strain menunjukkan tipe A ternyata jarang ditemui di China. Virus tipe A ternyata lebih umum ditemukan di Australia dan AS, kecuali New York.
“Sebanyak dua pertiga sampel di AS memiliki tipe A,” sebutnya.
Sedangkan virus tipe B merupakan hasil mutasi dari tipe A. China (Wuhan), episenter awal pandemi itu terutama diserang oleh SARS-CoV-2 tipe B ini, yang mulai beredar di akhir Desember 2020.
Kemudian, tipe B ditemukan di hampir semua sampel di negara Asia Timur lain, seperti Jepang dan Korea Selatan, yang menunjukkan kemudahan mereka menginfeksi dengan sistem kekebalan tubuh populasi di sana, sehingga virusnya tak perlu bermutasi lagi.
“Tipe B ini kemudian menyebar ke Eropa, selanjutnya ke New York,” ungkapnya.
Sementara virus tipe C ditemukan di Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan.
“Kalau di Eropa terdapat di Perancis, Italia, Swedia, dan Inggris. Sedangkan di daratan Amerika ada California dan Brasil,” tegasnya.
Berdasarkan Fred Hutchinson Cancer Research Center, sambung dia, hingga Jumat (10/4), telah mengoleksi 3.123 urutan genom lengkap dari sampel SARS-CoV-2.
Jumlah genom dari SARS-CoV-2 ini meningkat hingga ratusan setiap harinya seiring dengan terus masuknya data dari berbagai negara di dunia, kecuali Indonesia.
“Indonesia yang telah lebih satu bulan mengalami Pandemi Covid-19, sejauh ini belum meneliti dan mendaftarkan urutan genom virus pemicu Covid-19 ini,” bebernya.
Sementara negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam telah melaporkannya.
Padahal penelitian dan temuan adanya mutasi virus ini serta identifikasi tipenya sangat penting karena selain menemukan kecepatan mutasinya, juga berimplikasi secara klinis dan dalam hal pengembangan vaksin.
“Sejumlah petunjuk klinis yang diadopsi dari negara lain, seperti China, misalnya, tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi pasien Covid-19 di Indonesia,” kata dr. Sulaiman Umar.
LBM Eijkman sebagai lembaga riset molekuler yang memiliki kualifikasi dan pengalaman panjang meneliti dan menangani beberapa kasus infeksi virus seperti virus Flu Burung (HN51), virus West-Nile, virus Sika, bahkan identifikasi virus corona lama, sejauh ini telah banyak terlibat dalam upaya penanggulangan Pandemi Covid-19.
“Yaitu dalam hal tes virus SARS-CoV-2 dengan metode kombinasi Teknik PCR (polymerase chain reaction) dan sequencing, bahkan telah ditunjuk untuk memimpin konsorsium pengembangan vaksin,” cetusnya.
Ia meminta LBM Eijkman sebagai mitra kerja Komisi VII untuk juga terlibat aktif dalam kajian dan penelitian mutasi virus SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19. Hingga saat ini, virus tersebut sudah menginfeksi 4241 orang di 33 provinsi dan membawa korban 373 nyawa rakyat Indonesia.
“Ini untuk lebih mengoptimalkan peran dan kapasitas profesionalnya dalam percepatan penanggulangan Covid-19,” tandasnya.
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini