apahabar.com, BANJARMASIN – Kapolresta Banjarmasin, Kombes Pol Rachmat Hendrawan turut memendam kesedihan mendalam. Ulama Karismatik Kalimantan Selatan, KH Ahmad Zuhdianoor meninggal dunia, Sabtu (2/5) pagi.
Sejak pagi, bersama jajarannya sang perwira polisi itu setia menunggu jenazah sang ulama tiba di kediamannya di kompleks perumahan Masjid Jami, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin Utara.
Tak hanya ikut dalam kegiatan doa, Kapolresta bahkan turun langsung membantu melakukan penggalian tempat peristirahatan terakhir ulama yang akrab disapa Guru Zuhdi itu.
Kepada apahabar.com, Kapolresta menceritakan bahwa ia telah mengenal Guru Zuhdi sedari menjabat Komandan Satuan Brimob Polda Kalsel.
Menurutnya, Guru Zuhdi merupakan sosok seorang ulama yang rendah hati dan mudah bergaul dengan siapa saja.
“Beliau itu juga kalau memberi nasehat, mengena dalam hati, terkadang walau spontan juga nasehatnya tetap menyejukkan. Beliau juga sosok yang pintar dan cepat akrab dengan siapa saja,” ujarnya.
Dikatakannya, sewaktu pertama kali mendengar kabar bahwa Guru Zuhdi telah wafat, ia hanya dapat terdiam.
“Sangat sedih, mau menangis tapi saya tahan,” katanya.
Hal terakhir sebelum sang ulama meninggal yang diingatnya, kata Kapolres, ialah sikap Guru Zuhdi yang terus mau mendukung pemerintah.
“Beliau sampaikan di tengah wabah Covid-19, beliau akan terus mendukung upaya dari pemerintah.”
“Ketika itu juga saya sempat meminta doa kepada beliau, agar didoakan yang baik selama menjabat sebagai Kapolresta Banjarmasin,” ujarnya.
Sekitar pukul, 17.45 iring-iringan mobil pembawa jenazah Guru Zuhdi tiba di rumah duka. Derai air mata pun tak lagi dapat dibendung oleh kebanyakan jemaah.
Mereka menangis sejadi-jadinya menyambut jenazah sang ulama tercinta.
Agar jemaah tak membeludak, jalan pun dibatasi dengan beberapa tali. Supaya keluarga dan kerabat bisa tenang dalam mendoakan jenazah sang ulama. Di rumah duka, jenazah sang ulama pun kembali disalatkan oleh para jemaah. Tak hanya sekali, tapi puluhan kali.
Bukan jemaah saja, imam salat pun silih berganti. Beberapa tampak menangis haru dalam doanya. Sampai pada akhirnya sekitar pukul 20.30, prosesi pemakaman pun dimulai. Beberapa jemaah pun tampak menyemuti depan pusara demi mengiringi kepergian sang guru untuk terakhir kali.
Lantunan dzikir memuji keesaan Allah terdengar lantang, mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Usai dimakamkan, para jemaah pun membacakan doa-doa tahlil untuk jenazah sang ulama. Prosesi pembacaan doa berjalan khidmat dan khusyuk. Beberapa jemaah pun kembali harus merelakan air matanya tumpah membasahi pipi.
“Rasanya seperti kehilangan orang tua,” ujar salah satu murid Guru Zuhdi, Samman kepada apahabar.com.
Reporter: Riyad Dafhi R
Editor: Fariz Fadhillah