apahabar.com, BANJARMASIN – Belum lama ini tersiar kabar saat-saat terakhir menjelang KH Ahmad Zuhdiannor atau Guru Zuhdi wafat. Hal tersebut diceritakan salah seorang muridnya, KH Rasyid Ridha. Dalam penuturannya, anak KH Ahmad Bakeri tersebut Guru Zuhdi sempat mendirikan salat sebelum tak sadarkan diri.
Berikut cerita Guru Rasyid Ridha dalam ceramahnya yang dikutip Abdullah Mubarak Nurin dalam catatannya “Saat-saat Terakhir Abah Guru Zuhdi”.
Pada Sabtu, 18 April 2020, sebelum Ramadan, Almarhum Guru Zuhdi ingin berangkat ke Jakarta. Mengetahui hal itu, Guru Rasyid pun mencoba menunggu beliau di sebuah tempat untuk sekadar berjabat tangan. Sebab, sudah hampir satu bulan tidak bertemu. Saat itu, kata Guru Rasyid kondisi tubuh Guru Zuhdi sudah terlihat agak kurus.
“Aku berobat, doakan saja,” ucap Guru Zuhdi.
“Inggih (iya), kami selalu mendoakan pian (anda), apapun keadaannya,” sahut Guru Rasyid.
Sabtu berangkat, sambung Guru Rasyid, Minggu diperiksa, dan Rabu dilakukan tindakan.

KH Muhammad Rasyid Ridha
Saat itu, Guru Rasyid diminta untuk mendoakan dan menggelar salat hajat. Setelah salat magrib, kemudian salat hajat, dan ketika hendak menjelang isya, Guru Rasyid mengambil ponsel dan mendapati ada panggilan tak terjawab oleh Guru Zuhdi.
Mengetahui hal itu, hati Guru Rasyid merasa deg-degan. Ingin menghubungi balik merasa kurang enak, ada rasa takut (yang diiringi rasa takzim) kepada sang guru. Lalu Guru Rasyid mencoba menghubungi khadam beliau dan menanyakan apakah ada yang ingin disampaikan sang guru?
Setelah ditanyakan kepada sang guru tentang hal itu, dari kejauhan, ternyata sang guru cuma ingin mengucapkan terima kasih karena telah mendoakan beliau.
“Hal ini,” ucap Guru Rasyid “sangat luar biasa, di mana seorang guru mengucapkan terima kasih kepada muridnya karena telah mendoakan beliau.”
Saat itu, suara guru Zuhdi sudah agak berbeda, agak serak. Bisa jadi, kata Guru Rasyid karena kanker paru dan kanker kelenjar getah bening yang ada pada beliau.
Hingga sore Jumat 1 Mei 2020 atau 8 Ramadan, guru sudah tidak sadar. Menurut cerita istri beliau kepada Guru Rasyid, jam 5 sore saat itu, Guru Zuhdi tiba-tiba turun dari ranjang rumah sakit di mana beliau dirawat dan berdiri di sampingnya, kemudian minta dipakaikan sarung, lalu dikasih tasbih, dan kemudian beliau salat. Setelah salat beliau tidak sadar lagi, hingga nafas terakhir.
Awal rencana, beliau akan dibawa pulang ke Banjarmasin pada hari sabtu dengan kondisi bagaimana pun. Pesawat juga sudah disiapkan. Namun, hari itu kondisi beliau semakin menurun. Pukul 6 pagi kondisi beliau kritis, dan pukul 06:35, Guru Rasyid mendapat kabar dari ujung telpon oleh khadam beliau bahwa sang Guru telah “Pulang”.
Tepat pada 2 Mei 2020/9 Ramadan 1441, Guru Zuhdi telah Pulang untuk selama-lamanya. Langit mendung menghiasi seluruh kota mengiringi kepergiannya.
“Sekarang, walau beliau tidak ada dari pandangan zahir kita,” ucap Guru Rasyid Ridha, “(insyaallah) beliau tetap ada, melihat kepada kita, membimbing kita, dan jangan sampai kita tidak mengamalkan apa-apa yang (telah) disampaikan beliau.”
Editor: Muhammad Bulkini