apahabar.com, PALANGKA RAYA — Hampir dua pekan, Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin, sembuh dari corona virus disease atau Covid-19.
Kini, ia telah menjalani rutinitas sehari-hari sebagai orang nomor satu di Kota Palangka Raya.
Fairid sempat menjalani isolasi mandiri, setelah dinyatakan terpapar virus corona selama sebulan lebih. Tepatnya sejak 27 April hingga 20 Mei 2020.
Menurut Fairid banyak pelajaran berharga selama dirinya diisolasi. Hal-hal yang biasa tidak dilakukan jadi dikerjakannya, untuk mengisi waktu, seperti melap barang-barang ataupun menyapu.
“Pengalaman berharga banyak. Cuma karena sendirian, kayaknya kita memang disuruh fokus intropeksi diri,”kata Fairid, Selasa (2/6).
Tetapi yang paling berkesan, karena harus jauh dari orangtua, saudara dan masyarakat, sehingga jadi lebih menghargai dan bersabar.
“Karena di saat itu, kita tidak ada siapa-siapa utk curhat. Jadinya kita terima sendiri yang mana kesimpulannya akhirnya menerima dan bersabar,”ujarnya.
Apalagi saat dirawat karena Covid-19, bersamaan dengan bulan Ramadan, sehingga betul-betul dimanfaatkan dengan lebih meningkatkan keimanan kepada Allah.
Salat tarawih tak pernah ditinggalkan. Walaupun tidak puasa, karena harus minum obat. Selain itu tadarus selalu dikerjakan.
Untuk kesembuhannya, tenaga medis memberikan antivirus dan vitamin. Namun selain obat-obatan dari dokter, Fairid juga rutin mengkonsumsi
lemon dan madu curcumin serta berkumur-kumur air hangat dikasih garam.
Sugesti untuk bisa sembuh juga harus selalu ditanamkan di dalam diri. Berkaca dari pengalaman dirinya. Ketika banyak pikiran, maka badan jadi meriang dan diare.
Kalau aku banyak pikiran atau mikir sakit pasti meriang dan diare. Tetapi
kalau santai-santai saja dibawa enjoy sehat. Itu sudah bawaan virus ini kayaknya,”ujarnya.
Jadi, lanjutnya, jika pasien tidak kuat, maka virus ini akan menyerang. Ini artinya, tergantung sugesti dan diri sendiri.
“Semakin kita pikiran semakin drop pasti. Kalau suges kita tidak baik pasti terasa tidak nyaman badan,”ucapnya.
Fairid mengaku sempat tidak percaya dirinya terpapar virus ini. Sebab selama ini tidak ada gejala. Oleh sebab itu, hatinya memberontak, tidak menerimanya.
Cuma smakin kita berontak, akhirnya kita pasti merasa sakit. Yang aku alami pasti demam dan diare.
Kalau sesak nafas, sejak awal tidsk pernah dialaminya. Walaupun secara pemeriksaan medis, rontgen paru ada indikasi.
Memang tidak mudah. Tapi dengan menguatkan iman, pasti bisa. Ditambah disiplin pada diri sendiri dan semangat untuk sembuh.
Di satu sisi harus bangkit dari penyakit ini. Di sisi lain, bagaimana menerima masukan, kritikan, dan situasi.
Editor: Syarif