apahabar.com, BANJARBARU – Beragam upaya menekan kasus baru Covid-19 telah dilakukan pemerintah. Namun angka penularan masih terhitung tinggi.
Selain penegakan aturan yang tidak tegas, rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat juga menjadi salah satu faktor penyebabnya.
“Indonesia termasuk yang parah pengamanannya. Ranking pengendalian Covid-nya ada di urutan bawah,” ucap Tim pakar Pengendalian Percepatan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Agung Nugroho kepada apahabar.com, belum lama tadi.
Meminjam data lembaga riset internasional Deep Knowledge Group, Indonesia tercatat berada dalam urutan 97 dari 200 negara dalam laporan Covid-19 Regional Safety Assessment.
Pemerintah disarankan dapat mengadaptasi kinerja negara lain dalam penanganan Covid-19 seperti yang dilakukan Vietnam.
“Di Indonesia kalau kita bandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara, tingkat kedisiplinannya masih sangat rendah,” ulang Dosen Fakultas Pertanian ini.
Dipaparkan dia, kunci utama yang dilakukan Vietnam adalah keseriusan. Pemerintah Vietnam melalukan langkah preventif dalam menurunkan kurva peningkatan kasus.
Salah satunya meluncurkan aplikasi ponsel untuk membantu masyarakat melaporkan kondisi kesehatan serta untuk menindaklanjuti proses pelacakan.
“Namun kita tahu, kita tidak bisa menyalahkan pemerintah juga karena sudah berusaha maksimal,” ujarnya.
Di Indonesia, dia menilai ada dua hal yang mendasari yaitu tingkat kesadaran masyarakat yang masih kurang (social capital) dan penegakan aturan pemerintah yang belum maksimal. Hal ini dia nilai secara kasat mata, dari pandangannya sebagai masyarakat awam.
“Masyarakat masih belum menyadari sepenuhnya bahwa virus ini benar-benar mengancam, sementara terlihat masih ada perbedaan persepsi di penyelenggara pemerintah,” nilainya
Dalam praktiknya, pemerintah setempat telah menjalankan sosialisasi kepada masyarakat. Baik melalui pembentukan tim komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) ataupun media lain seperti spanduk, banner dan baliho.
Namun, upaya ini seakan tidak memberikan hasil yang maksimal dalam menurunkan angka penularan.
“Barangkali kampanye atau sosialisasi itu belum gencar. Eksekusi di lapangan belum maksimal,” ujarnya
Agar gaungnya sampai ke masyarakat, kata dia, perlu adanya sinergitas seluruh pihak. Terlebih, tren penularan di Kalsel masih terus naik. Data terakhir hingga 16 Juli tercatat sebanyak 4.621 kasus positif yang terjadi.
“Kita tidak tahu sampai kapan berlangsung. Kalau sama-sama bersatu, barang kali bisa menjadi alternatif untuk meredam wabah ini,” tutup dia
Editor: Fariz Fadhillah