apahabar.com, KUALA KAPUAS – Selain menanam padi sebagai mata pencarian utama, petani di Handil Marhanang Kecamatan Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas, Kalteng, juga menganyam purun untuk menambah penghasilan.
Seperti dilakukan petani pasangan suami istri Haidir dan Anisa warga Handil Marhanang RT 11 Desa Anjir Serapat Tengah, Kecamatan Kapuas Timur.
Saat apahabar.com bertandang ke rumah pasutri tersebut, Jumat (21/8), ibu Anisa telihat sedang menganyam tikar purun. Sementara suaminya, Haidir pergi mencari tanaman purun di sebuah lahan yang tak jauh dari rumahnya.
Menurut Anisa masyarakat setempat memang memanfaatkan tanaman purun untuk dijadikan bahan pembuatan kerajinan anyaman sebagai usaha sampingan.
Pertimbangannya bahwa purun adalah tanaman yang mudah ditemukan di rawa karena tumbuh liar dan tekstur seratnya yang kuat.
Hasil kerajinan tikar purun umumnya dipakai para petani untuk tempat menjemur padi yang baru dipanen.
“Tikar purun juga dipakai sebagai alas tempat tidur dan hamparan di ruang tamu,” kata Anisa.
Tak begitu lama, Haidir pun datang dengan membawa tanaman purun yang baru diambilnya di sebuah lahan rawa dekat rumahnya.
Haidir mengatakan harga jual tikar purun tergantung ukuran. Untuk tikar purun ukuran 1,5 meter dibanderol seharga Rp 4.200 ribu dan Rp 30 ribu untuk tikar purun polos berukuran panjang.
“Kita jualnya kepada pengepul. Ya lumayan lah mas untuk tambahan penghasilan,” katanya.
Sementara itu Camat Kapuas Timur, Ansyari mengatakan, menganyam tikar purun memang merupakan usaha sampingan masyarakat di Kecamatan Kapuas Timur.
Karena masyarakat petani di kecamatan tersebut menanam padi masih menggunakan kearifan lokal yaitu satu kali panen dalam satu tahunnya.
“Sambil
menunggu panen, sebagian masyarakat menganyam purun dan biasanya yang mengancam purun adalah ibu-ibu,” katanya.Menurut Ansyari selain tikar, masyarakat juga membuat anyaman topi dan bakul dari purun. “Tapi kalau di disini kebanyakan yang dibuat adalah anyaman tikar, karena kebetulan tikar ada pengepulnya,” ujarnya.
Ditambahkan Camat Kapuas Timur, oleh pengepul hasil produk kerajinan anyaman tikar purun warganya tersebut kemudian dibawa ke Banjarmasin dan selanjutnya dijual lagi ke Surabaya.
Editor: Muhammad Bulkini