apahabar.com, BANJARMASIN – Tingkat elektabilitas dan popularitas bakal pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Banjar, H Rusli-Guru Fadhlan tidak perlu diragukan lagi.
Mengusung jargon ‘Manuntung’, pasangan antara umara dan ulama ini kian mantap menatap Pilbup Banjar 2020 mendatang.
Dewan Penasehat Tim Koalisi Pemenangan Pasangan H Rusli-Guru Fadhlan, Fahrani mengatakan ‘Manuntung’ berasal dari bahasa Banjar.
Manuntung adalah penghargaan terhadap budaya lokal yakni Mandiri, Santun, dan Gotong Royong.
“Bakal calon mandiri secara finansial sehingga tidak terikat dengan orang lain dan tidak ada cukong,” ucap Fahrani, Minggu (20/9) sore tadi.
Mengenai santun, kata dia, ini sudah dibuktikan H Rusli ketika menjabat anggota DPRD Kabupaten Banjar selama tiga periode.
“Sementara gotong royong sebagai semangat kerja sama dalam membangun Kabupaten Banjar selama 5 tahun ke depan,” katanya.
Tidak hanya itu, Manuntung bisa diartikan tuntas dan mempunyai visi-misi terencana sehingga tujuan pembangunan tercapai.
Selanjutnya, Manuntung dalam aspek sosok bupati dan wakil bupati sendiri memiliki kesamaan dalam gerak langkah memimpin Kabupaten Banjar.
“Dalam artian kada bacakut di tengah jalan,” jelas Politisi Muda PDI Perjuangan ini.
Sementara itu, Sekretaris Tim Pemenangan Pasangan H Rusli-Guru Fadhlan, Rahmad Saleh menambahkan, Manuntung menjadi inspirasi dan aspirasi bersama.
Karena menggambarkan kedua bakal pasangan calon merupakan asli putera daerah Kabupaten Banjar.
Hal ini terbukti dari rekam jejak kedua bakal pasangan calon.
Di mana H Rusli merupakan mantan kepala desa. Kemudian pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Banjar selama 2 periode.
Terakhir, berhasil melenggang ke DPRD Kalsel pada Pileg 2019 kemarin.
Namun, H Rusli lebih memilih untuk mengundurkan diri dan memutuskan maju di Pilbup Banjar 2020 ini.
Sedangkan, KH M Fadhlan Asy’ari merupakan tokoh ulama ternama di Kalsel.
Guru Fadhlan merupakan Ketua MUI Kabupaten Banjar sekaligus Ketua Rais Syuriah PC NU Kabupaten Banjar yang mana sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar di sana.
“Manuntung itu adalah gawi sampai selesai. Haram manyarah waja sampai kaputing. Manuntung juga tabah manggawi sampai akhir. Ini senada dengan efek bola salju.
Bola salju itu, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Insya Allah ini menjadi berkah bersama,” pungkasnya.