apahabar.com, PALANGKA RAYA — Kekhawatiran Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Selatan (Kalsel) terbukti. Banjir besar melanda Banua.
Padahal Walhi sering meningatkan bahwa Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis.
Selain carut marut tata kelola lingkungan dan sumberdaya alam (SDA), banjir kali ini juga sudah bisa diprediksi Badan Metreologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Dan pemerintah lagi-lagi tidak siap.
Akhirnya rakyat yang menanggung akibatnya,” kata Direktur Eksekutif Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyono kepada apahabar.com, Jumat (15/1/2021).
Selain kerugian harta benda petani juga mengalami kerugian. Pada musim tanam tahun ini benih/bibit padi ikut terganggu bahkan terjual.
Belum lagi daerah lain ikan tambak, ternak dan lainnya.
Dengan adanya bencana yang selalu terulang. Walhi Kalsel mendesak pemerintah melakukan tanggap bencana baik sebelum, pada saat dan pasca bencana.
Kemudian review perizinan industri ekstraktif dan menyetop izin baru.
Penegakan hukum terutama terhadap perusak lingkungan.
Perbaikan atau pemulihan kerusakan lingkungan termasuk sungai dan dainase.
Review Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).
Terakhir memastikan keselamatan rakyat dan bencana banjir tidak terulang lagi.
Sementra itu, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor telah menetapkan status tangggap darurat.
Namun dalam hal ini Kisworo meminta, bukan hanya sekadar surat tapi diimbangi keseriusan dalam pelaksanaannya.