apahabar.com, BANJARMASIN – Masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) menjerit akibat meroket harga elpiji 3 kilogram dan langkanya gas melon tersebut di pasaran beberapa hari belakangan ini.
Dari harga eceran tertinggi (HET) Rp 17.500, kini si melon bisa ditemui dengan harga mencapai Rp 60.000 per tambung. Itu pun kalau tersedia di pangkalan.
Pemerintah dan regulator penyaluran elpiji seperti Hiswana mengaku tak bisa berbuat banyak. Salah satu alasan mereka naiknya harga elpiji akibat terputusnya akses darat menuju daerah distribusi.
DPDR Kalsel mengaku sudah berkoordinasi dengan Pertamina, Hiswana dan pemerintah akibat harga elpiji. Pihaknya pun membuka pintu lebar untuk menerima keluhan masyarakat terkait mahalnya harga elpiji.
“Kita juga kelapangan, monitor keadaan itu. Terus alasan Pertamina dan Hiswana distribusi. Kalau stok mereka ada,” kata Sahrujani Ketua Komisi III DPRD Kalsel, Kamis (18/2).
Kondisi ini memang membuat dewan tak mau berpangku tangan. Pihaknya barusaha memikirkan supaya distribusi kembali normal.
Pihaknya pun siap memanggil instansi terkait untuk mempertegas soal distrubusi.
Politisi partai Golkar itu pun tak mengamini sepenuhnya kelangkaan akibat distribusi, akan tetapi akibat masyarakat yang tidak berhak menerima ikut menikmati elpiji untuk masyarakat miskin itu. Artinya, banyak warga mampu pun membeli elpiji 3 kilogram.
“Ini perlu edukasi, masyarakat lebih sadar dan paham elpiji 3 kilogram hanya untuk rakyat miskin,” sambungnya.
“Tidak hanya itu, imbas pandemi pun disebut andil menyumbang kelangkaan elpiji. Pekerja yang dirumahkan memaksa sebagian mereka menjadi miskin dan hal itu bisa jadi menambah angka miskin di Kalsel,” pungkasnya.