apahabar.com, BARABAI – Kurang lebih dua pekan pascabanjir yang menerjang Hulu Sungai Tengah (HST), sejumlah kecamatan masih krisis air bersih.
Kondisi paling parah harus dirasakan warga Kecamatan Hantakan dan Batu Benawa, mengingat Sungai Hantakan masih keruh bercampur lumpur.
Selain sumber air utama di Hantakan dan Batu Benawa, Sungai Hantakan juga merupakan bahan baku utama PDAM dalam mengolah air bersih.
Sebenarnya warga sempat berharap kepada Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), terutama warga Desa Waki di Kecamatan Batu Benawa.
Air yang dikelola juga jauh lebih baik, karena tidak mengambil bahan baku Sungai Hantakan, melainkan dari sungai lain di Waki.
Namun akibat banjir bandang 13 Januari 2021, pipa-pipa yang terhubung dari Pamsimas ke rumah warga sudah terputus.
“Padahal Pamsimas itu baru selesai dibangun dan dalam masa pemeliharaan. Hampir 90 persen warga menggunakan air itu,” jelas Sekretaris Desa Baru-Waki, Nurhidayah, Kamis (4/2).
Mengatasi kerusakan Pamsimas, juga dilakukan upaya pengeboran air. Namun air yang diperoleh belum mampu memenuhi keperluan warga sehari-hari.
“Praktis warga masih mengandalkan bantuan relawan, termasuk dari PDAM, karena air dari sumbur bor kurang memadai,” beber Nurhidayah.
Tersedia 20 tandon air bantuan berisi 1.200 liter yang ditempatkan di sejumlah titik tertentu di Waki.
“Kami masih memerlukan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Sampai sekarang kami bergantung kepada pasokan air dari luar,” lirih Nurhidayah.
Sementara Bhabinkamtibmas Polsek Hantakan, Aiptu Nanang, menjelaskan ketersediaan air bersih di Waki masih terbatas.
Nanang mengetahui persis kondisi tersebut, karena turut membantu warga di Waki mengebor sumur dan membuat kamar mandi umum.
“Ketersediaan air bersih di Waki memang terbatas, sementara suplai air bersih dari relawan belum mencukupi keperluan harian warga,” ungkap Nanang.
“Makanya kami melakukan berbagai cara, termasuk mengebor air. Namun masalahnya belum semua warga dapat mengakses sumur bor,” tandasnya.