apahabar.com, KANDANGAN – Mulai belajar ‘menaklukkan’ besi sejak sekolah menengah pertama, kini hasil kerajinan Bang Maman, warga Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan, mulai banjir pesanan.
“Yang terbaru ini dari Samarinda dan Pangkalanbun,” kata warga yang tinggal di Jalan Musyawarah, Desa Tumbukan Banyu, Kecamatan Daha Selatan, kepada apahabar.com.
Hebatnya, pesanan tak hanya datang dari Pulau Kalimantan, tapi juga sampai ke luar daerah. Hasil kerajinan Bang Maman bahkan sudah dijual sampai ke Aceh, Lampung, Palembang, Medan, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Barat.
Wilayah Nagara atau Kecamatan Daha yang terbagi tiga Kecamatan yakni Daha Selatan, Utara, dan Barat, memang terkenal dengan kepandaiannya mengolah besi.
Profesi pandai besi di kawasan rawa, danau, dan bantaran sungai ini banyak terdapat di Desa Tumbukan Banyu dan Sungai Pinang Kecamatan Daha Selatan serta Desa Panggandingan Kecamatan Daha Utara.
Hampir setiap hari sejak pagi hingga siang terdengar alunan para perajin mengolah besi secara manual. Mulai dari cangkul, parang, kapak, tajak (alat membersihkan lahan manual), palu, parang bungkul, peralatan dapur seperti pisau, belati sampai samurai bisa dibuat warga yang sehari-hari berprofesi sebagai pandai besi.
Bang Maman mengatakan profesi pandai besi merupakan ‘warisan’ turun temurun dari keluarganya. Awalnya, pada 1987, Bang Maman hanya memiliki sebuah tempat pandai besi di belakang rumahnya untuk mengerjakan pesanan.
Karena jumlah pesanan meningkat, Bang Maman membuat satu lagi tempat serta peralatan yang diletakkan tak jauh dari lokasi pertama untuk proses pengerjaan pemolesan atau finishing. Dua adiknya, ditambah anak Bang Maman, juga diajak menggeluti profesi pandai besi.
“Setelah mendengar kabar pemesanan bisa melalui online, kami mulai merambah ke sana,” lanjutnya.
Saat Covid-19 melanda, usaha Bang Maman tak terlalu terpengaruh karena pelayanan juga dilakukan via online. Jika dihitung, penghasilan kotor Bang Maman rata-rata mencapai Rp600 ribu per hari.
“Tapi kadang-kadang kami menyelesaikan pekerjaan yang belum rampung, sehingga tidak ada penghasilan dalam sehari,” jelasnya.
Bang Maman kemudian menjelaskan pembuatan sebuah parang dari awal hingga proses akhir.
Sebelum dipanaskan, biasanya bahan utama yakni baja per dan plat baja dipanaskan terlebih dahulu menggunakan bara api dari arang dari kayu ulin atau kayu besi.
Kemudian benda itu diketok-ketok menggunakan palu godam secara bergantian sampai menjadi bentuk yang ditentukan.
“Pesanan sampai batas ini kita beri harga Rp150 ribu – Rp175 ribu,” kata Bang Maman.
Selanjutnya, dia melakukan pemasangan pegangan parang dan kumpang (tempat parang), lalu proses pemolesan akhir sampai parang menjadi mengkilap.
“Hasil akhir bervariasi sesuai pesanan, bisa Rp200 ribu sampai dengan Rp500 ribu,” ucapnya.
Jika berminat untuk memesan beragam kerajinan pandai besi tersebut, dapat menghubungi Bang Maman Fernandez (BMF) dengan nomor 0816-4979-3585, akun Facebook Bang Maman.