apahabar.com, BANJARMASIN – Kisah pilu seorang nenek yang terpaksa menghidupi tiga cucunya dengan mengonsumsi nasi campur garam viral di media sosial.
Nenek tersebut bernama Atikah (44) dan tiga cucunya Yuna (8), Nurani (3) dan Filani (2), mereka merupakan warga Kampung Cisadaria, RT 005/002, Desa Cisarua, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.
Ternyata, Atikah dan ketiga cucunya makan nasi campur garam selama setahun. Namun, saat ini mereka sudah mendapatkan pendampingan relawan sosial secara rutin.
Hal itu diungkapkan oleh Founder Sahabat Kristiwan Peduli (SKP) Indonesia, Kristiawan Saputra. Ia mengaku sudah melakukan pendampingan sejak 2020, tak lama setelah kisah Nenek Atikah dan tiga cucunya itu ramai di media sosial.
“Yuna dan adik-adiknya sudah kami dampingi sejak 2020, mulai dari kami dapat informasi, sampai sekarang masih rutin ke sana. Ketiga anak piatu ini memang sering viral dan kemarin viral lagi,” kata Kristiawan dikutip apahabar.com dari Detik, Kamis (31/3).
Dijelaskannya, kondisi keluarga Atikah memang memprihatinkan. Apalagi, kedua orang tua ketiga bocah itu tak ada di rumah. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya di luar kota.
“Kebetulan kemarin juga kami dari sana, mereka ini ditinggal ibunya meninggal dunia. Ayahnya masih ada cuma kondisi ekonominya kurang baik sebagai buruh serabutan dan saat ini kerja di Tangerang,” ungkapnya.
Bahkan, Kris mengatakan pihak Kementerian Sosial (Kemensos) sudah mendatangi lokasi kediaman nenek Atikah dan tiga cucunya itu.
“Saya datang bersama pihak kementerian. Anak yang kecil itu dulu nyusunya air tajin (air rebusan beras) dan kebanyakan memang sering makan nasi dengan garam. Bahkan sampai sekarang ditanya masih makan nasi garam, setelah kita dampingi kondisinya membaik,” ungkapnya.
Menurut Kristiawan, pihaknya tidak dengan tangan kosong ketika mendatangi kediaman nenek dan tiga cucunya itu. Rezeki yang didapat dari para dermawan didistribusikan langsung kepada mereka.
“SKP membawa bantuan kebutuhan pangan dan uang tunai. Jadi dari sejak awal punya jadwal rutin ke sana. Dari dulu sampai sekarang kita per-dua bulan, per satu bulan sekali, kita selalu kesana, kita punya jadwal untuk anak piatu ini,” tuturnya.
“Karena selama ini anak-anak ini enggak pernah main, enggak pernah belanja. Kemarin kita mengajak mereka main dan belanja kebutuhannya sehari-hari,” pungkasnya.
Sebelumnya…