apahabar.com, BANJARMASIN – Banyak sektor yang mengalami badai disrupsi digital selama pandemi Covid-19, termasuk dunia perbankan.
Kondisi ini menyebabkan bank merubah diri menjadi bank digital di masa mendatang.
Alhasil sangat berdampak pada para pegawai, di antaranya yang berprofesi sebagai teller dan back office.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan disrupsi dan transformasi digital tidak hanya terjadi di Indonesia. Namun juga seluruh belahan dunia.
Disrupsi digital juga dapat menghilangkan beberapa pekerjaan. Di saat bersamaan akan memunculkan ekonomi-ekonomi baru.
“Transformasi digital itu memunculkan ekonomi-ekonomi baru. [Teller dan back office bank] mungkin akan hilang katakanlah tetapi pasti akan memunculkan services baru yang dibutuhkan masyarakat,” jelas Sri Mulyani dinukil cnbcindonesia.
Sebelumnya ia pernah bilang profesi teller bank mungkin tidak akan ada lagi pada 2045 mendatang.
Ini dikarenakan masyarakat sudah beralih ke bank digital.
Fenomena serupa sudah terjadi di wilayah Eropa.
Di sana dilaporkan bank telah beroperasi tanpa memberikan layanan secara personal serta digantikan oleh teknologi.
Ia juga menambahkan transformasi digital serta kesiapan penduduk Indonesia jadi perhatian bagi pemerintah.
Apalagi Indonesia juga punya bonus demografi sampai 2030 mendatang, saat pertumbuhan kelas produktif akan terus meningkat.
Pemerintah melakukan beberapa cara untuk menyiapkan generasi muda menghadapi hal ini.
Salah satunya dengan menyiapkan anggaran fungsi pendidikan senilai Rp 550 triliun tahun ini.
Pembangunan infrastruktur digital sebagai tulang punggung ekonomi digital juga dilakukan.
Untuk itu pemerintah membutuhkan investasi besar dari satelit hingga membangun menara base transceiver station (BTS).
“Mengenai training yang lain kita terbuka. Kita punya kartu Prakerja, ini sebenarnya untuk menyapu mana yang dibutuhkan masyarakat, banyak di antara pelaku dan provider itu mulai memunculkan banyak pilihan,” jelas Sri Mulyani.