apahabar.com, TANJUNG – Belasan desa di Kabupaten Tabalong masih terkendala jaringan sinyal telpon.
Saat ini kondisinya di belasan desa itu sinyal seluler masih intermetan atau timbul tenggelam.
Untuk itulah Pemkab Tabalong melalui Dinas Komunikasi dan Informatika meminta para operator jaringan seluler yang ada di daerah ini untuk meningkatkan layanannya.
Kepala Diskominfo Kabupaten Tabalong, Arianto, mengatakan menurut catatan pihaknya masih ada 17 desa yang masih intermeten atau hidup-mati, timbul-tenggelam atau blank spot sinyal selulernya, ini merupakan ranahnya provider.
“Jadi kita memang tidak punya kapasitas untuk itu, yang bisa kita lakukan adalah melakukan upaya-upaya pendekatan kepada mereka,” jelasnya baru-baru tadi.
Di awal tahun tadi lanjut Arianto, pihaknya sudah mengumpulkan seluruh provider yang ada di Kabupaten Tabalong.
Tujuannya untuk melihat gambaran tentang ekspansi mereka kaitannya dengan peningkatan layanan terutama. Mereka melakukan ekspos terkait intervensi provider yang merupakan sektor swasta.
“Sektor swasta itu kan orientasinya ke profit jadi dalam rangka investasi kira-kira kapan untungnya,” ucap Arianto.
“Yang jelas kita juga berupaya supaya mereka tidak sekedar menghitung itu tetapi ada tanggung jawab kaitannya dengan Corporate Social Responsibilty (CSR) nya,” imbuhnya.
Arianto bilang, kaitan dengan itu juga sebenarnya dikelola oleh Kementerian Kominfo lewat badannya yang disebut dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI). Cuma BAKTI ini prioritasnya ke daerah Terluar Terisolir dan Terpencil (3T).
“Kita ini bukan termasuk kabupaten 3T, pun demikian kita sudah mendapat tujuh tower dari BAKTI dan sudah dibangun di daerah terpencil, ini sudah jalan seperti di Dambung, Panaaan, Higar Manah,Salikung,” bebernya.
Arianto bilang awal dibangun memang terasa menyelesaikan masalah saat itu karena penggunanya masih sedikit sehingga bisa mengakomodir seluruh kebutuhan.
Seiring berjalannya waktu dengan adanya jaringan seluler, masyarakat kemudian banyak yang membeli alat komunikasi sehingga over load atau kelebihan beban. Ini juga terjadi pada daerah yang bukan blank spot.
“Akibatnya saat ini masyarakat di sana saat mengirim foto melalui WhatsApp delaynya lama. Ngirim pagi, terkirimnya kadang-kadang siang atau sore baru nyampai,” terang Arianto.
“Untuk mengatasi hal tersebut kaitannya dengan internet yang bisa mengirim data, tulisan, foto atau komunikasi suara melalui WhatsApp, target kita ada enam tower yang akan dibangun repeater dari penerima bandwich yang kita bangun, di antaranya di Purui dan Kumap (mengcover Salikung),” sambungnya.
Ini pula yang menjadi target Diskominfo Tabalong pada 2023 mendatang 121 desa di Bumi Sarabaka sudah mendapat layanan jaringan internet.
” Itu kaitannya dengan mengatasi hambatan telekomunikasi yang di daerah, tapi kalau kaitannya dengan mengcover seluruh kebutuhan masyarakat mungkin kami tidak akan sanggup karena kami kan prioritasnya ke pelayanan pemerintahan desanya,” jelas Arianto.
Pun demikian, bandwich yang tersisa bisa digunakan oleh desa untuk membangun free wifi.Repeaternya desa yang membangun karena biayanya bisa dicover dari Dana Desa sekitar Rp 30 juta.
” Kalau hanya Rp 30 juta rasanya desa ada kemampuan untuk itu, nanti kami akan memberikan bantuan teknisnya,” janji Arianto.