apahabar.com, PALANGKA RAYA – Derasnya arus persaingan di dunia industri saat ini membuat para pelaku usaha kreatif harus mampu memanfaatkan berbagai macam peluang yang ada.
Salah satunya adalah Sulistiyo, seorang warga pendatang di Jalan G Obos Komplek Bhayangkara II, Kota Palangka Ray ini secara konsisten mengangkat budaya Dayak Kalteng melalui kerajinan limbah kayu ulin.
Dari tangan terampilnya Sulistiyo mampu menyulap limbah kayu menjadi karya yang luar biasa dan penghasil pundi-pundi uang.
Tiyo nama sapaannya menuturkan, usaha yang digelutinya ini sudah dilakukan sejak tahun 2012 lalu hingga kini. Ia mencoba membuat karya dengan motif Dayak Kalteng secara otodidak sambil memperhatikan situasi di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Saat pandemi Covid-19 melanda, ia mengaku sempat kesulitan untuk memasarkan karyanya. Lantaran perekonomian masyarakat yang sempat macet.
Kendati demikian, seiring berjalannya waktu dan pandemi Covid-19 telah melandai, Tiyo kini mampu kembali bangkit. Ia kembali bergairah memasarkan kerajinan yang diolahnya dari limbah kayu meubel tersebut.
“Alhamdulillah mas, sekarang sudah lumayan banyak pesanan, kalau dibandingkan saat pandemi kemarin, hasilnya sekarang cukuplah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya kepada apahabar.com, Minggu (26/6).
Ia pun mengaku merasa bangga, meski dirinya bukan orang Dayak tapi bisa memperkenalkan Kebudayaan Kalteng melalui sebuah karya yang ia ciptakan dalam bentuk olahan limbah kayu.
“Saya pilih kerajinan ini, adalah sebagai cara untuk mengenalkan budaya Kalimantan Tengah melalui kerajinan yang saya buat meskipun saya bukan asli orang Dayak,” terangnya.

Sulistiyo, pendatang di Palangka Raya yang konsiten angkat budaya dayak lewat kerajinan limbah kayu. Foto-apahabar.com/Andre Faisal.
Untuk harga kerajinan yang dibuat, Tiyo mengatakan dijual mulai harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung dari motif dan tingkat kesulitan pembuatannya.
Ia menyebutkan saat ini pesanan mulai berdatangan dari berbagai instansi yang ada di Kota Palangka Raya seperti dari Dinas BPHP Wilayah X, Dinas Perpustakaan Kota Palangka Raya dan dari kalangan Mahasiswa IAIN Palangka Raya.
“Sampai saat ini saya masih konsisten mengusung motif Dayak dalam membuat kerajinan limbah kayu yang saya olah dan bentuknya sih campuran” tuturnya.
Disinggung mengenai permodalan, Tiyo mengungkapkan masih berjalan normal dan tidak ada kendala.
Adapun hasil kerajinan yang paling banyak diminati oleh konsumen yakni Kerajinan motif “Telawang” yang bisa jadikan plakat ataupun tropi.
“90 persen penjualan selama ini masih berada di dalam daerah saja dan sering digunakan untuk souvernir ataupun cindera mata, dan sampai saat ini penjualan hasil kerajinan ini belum merambah ke luar daerah maupun luar negeri, namun ada beberapa turis asing yang pernah mengunjungi tempat ini,” bebernya.
Tiyo pun berharap, suatu saat kerajinan olahan limbah kayu miliknya ini mampu menembus pasar global seperti halnya para pengerajin yang ada di daerah pulau Jawa dan Bali.