Apahabar.com, JAKARTA – Direktur Utama Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad mengatakan negara kawasan Asia Pasifik yang sempat mengalami pertumbuhan ekonomi di masa pandemi sebesar 5,7 persen. Meski begitu, ke depan diprediksi akan mengalami penurunan hampir setengahnya yakni sebesar 2,9 persen.
“Implikasi sebagian negara akan berbeda di wilayah asia pasifik salah satunya ketimpangan beragam parameter sosial ekonomi maupun dimensi lainnya,” katanya Diskusi Publik: Mengurai Ketimpangan di Indonesia dan Asia Pasifik Pasca Covid-19, di Swiss-Balresidences Kalibata, Jakarta, Rabu (13/7/2022).
Tauhid mengungkapkan ketimpangan tersebut berkaitan langsung saat fase pemulihan ekonomi, khususnya dalam hal aksesibilitas vaksin di negara masing-masing. Hal tersebut disebabkan aksesibilitas vaksin bersinggungan langsung dengan kapasitas keuangan negara yang sebagian besar dilakukan dengan cara membeli vaksin di negara produsen vaksin.
Pembelian vaksin tersebut, menurut Tauhid, juga ditentukan dengan dukungan fiskal negara terkait. Salah satunya Indonesia yang memungkinkan terjadinya ancaman besar yang disebabkan oleh penambahan hutang.
“Kita cukup beruntung meskipun mungkin potensi gagal bayar cukup panjang. Dan kita tidak inginkan hal itu terjadi,” ujarnya.
Dalam situasi tersebut, Tauhid mengkhwatirkan akan terjadi keterlambatan otoritas moneter dengan cara melakukan pengetatan wajib giro minimum menjadi tidak cukup. Sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya inflasi yang menyebabkan masyarakat miskin semakin jatuh ke dalam jurang kemiskinan.
“Pertumbuhan ekonomi justru dinikmati oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas. Ini yang membuat ketimpangan semakin melebar,” pungkasnya.